Welcome To My Blog Bliie wayan

Kamis, 05 Desember 2013

Agama Hindu

1. Banten Pejati

2. Caru

3. Melukat

4.Sejarah Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali

Sejarah Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali


Sejarah Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali- Sobat kali ini kita akan membahas tentang upacara pembakaran mayat di Bali atau lebih dikenal dengan nama Ngaben. Masyarakat Hindu di Bali mempercayai bahwa kematian bukanlah suatu yang harus ditangisi, sehingga dalam acara Ngaben biasanya sanak saudara akan bersuka cita karena jenazah akan menjalani reinkarnasi dan menemukan peristirahatan yang terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi). 
Sejarah Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali
Ngaben merupakan ritual yang harus dilaksanakan ketika salah satu sanak-saudara meninggal, sebagai rasa penghormatan dan kasih sayang dari mereka yang ditinggalkan. Jenazah diletakkan di peti-peti mati dan akan dimasukan dalam sarcophagus, sebuah lembu atau dalam wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. 
Kemudian seorang pendeta atau dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa. Lembu dibakar sampai menjadi abu. Api tersebut dipercaya bisa membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi. Abu pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap suci.
Upacara Ngaben, memang tidak serta merta langsung dilaksanakan ketika ada orang meninggal. Ini menyangkut status sosial keluarga yang ditinggalkan. Biasanya untuk kasta tinggi, Ngaben akan dilaksanakan tiga hari usai meninggalnya si jenazah. untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik kemudian dilakukan kremasi. 
Namun bagi mereka yang berkasta rendah, ngaben baru akan dilakukan secara massal setelah jenazah dikuburkan terlebih dahulu. Biasanya kremasi kelompok dengan warga satu kampung dan menunggu sampai biaya terkumpul. Pasalnya pelaksanaan Ngaben membutuhkan biaya yang besar. 
Biasanya, penetapan hari pelaksanaan akan dikonsultasikan oleh keluarga dengan pendeta atau dari kasta Brahmana. Sambil menunggu hari baik, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.
Pagi harinya pelaksanaan, seluruh keluarga dan masyarakat akan berkumpul. Sementara itu mayat terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan dan tetap dipimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana. Mayat kemudian dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali. Kemudian seluruh keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa agar arwah memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik.
Mayat tersebut diletakan di dalam “Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat berbaris di depan “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara tersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya. Arak arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci. Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya.
Keluarga yang ditinggalkan dipercaya dapat membebaskan roh/arwah jenazah dari perbuatan perbuatan yang pernah dilakukan dunia dan menghantarkannya menuju surga abadi dan kembali berenkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda.

Kumpulan Game Flash

1. Game My Dear Boss



Minggu, 03 Maret 2013

Banten

Tetandingan Banten Pejati itu terdiri dari :
  1. Daksina
  2. Banten Pras.
  3. Banten Sodan.
  4. Pesucian.
  5. Penyeneng. 
Sekarang pejati ini diletakkan dalam satu nampan, paling depan daksina, sampingnya Banten Pras, dan dibelakangnya dua tamas sodan serta diatas penyeneng diselipin benang putih ..... Komentar Forum Diskusi Jaringan Hindu Nusantara (ref1).

Beberapa makna filosfis dalam pejati adalah sebagai berikut (ref2):
  • Srembeng / wakul / srobong / katung adalah lambang Hukum Rta yaitu hukum abadi Tuhan / Hyang Widhi.
  • Tapak dara merupakan simbol keseimbangan baik makro kosmos maupun mikro kosmos
  • Porosan / base tumpel merupakan lambang dari konsep Tuhan sebagai,
  • Kelapa simbol pawitra (air keabadian / amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari 7 lapisan sapta loka karena ternyata kelapa terdiri dari 7 lapisan dari kulit luar hingga air di dalamnya.
  • Kluwek lambang pradhana / prakerti / unsur kebendaan / perempuan
  • Kemiri lambang purusa / unsur kejiwaan / laki-laki
  • Papeselan lambang Panca Dewata
    • daun duku : Iswara; 
    • daun manggis : Brahma
    • daun durian : Mahadewa; 
    • daun salak: 
    • Wisnu; dan 
    • daun nangka : Siwa
  • Bumbu-bumbuan dan kacang-kacangan lambang sad rasa dan lambang kemakmuran
  • Beras lambang ibu pertiwi (Anantha Boga)
  • Benang pada daksina lambang naga Anantha Boga, Bhasuki dan Taksaka dalam proses pemutaran mandara giri untuk mencari amertha. Benang disini juga berarti alat/media penghubung antara pemuja dan yang dipuja
  • Telor mentah (itik) simbol awal dari kehidupan / getar-getar kehidupan, lambang bhuana alit. Telor terdiri dari 3 lapisan seperti pada manusia yaitu badan wadag, badan roh dan badan penyebab
  • Sesari pada daksina sebagai lambang saripati dari pekerjaan
  • Sampyan payasan / pusung / simbol dari konsep tri kona
  • Aled peras / kulit peras untuk dapat berhasil diperlukan persiapan yaitu pikiran benar, ucapan benar, pandangan benar dan tujuan benar
  • Daun plawa lambang kesejukan, Bunga lambang cetusan perasaan, Bija benih-benih kesucian, Air lambang pawitra / tirtha amertha dan Api saksi dan pendetanya Yajña
  • Tamas : cakra atau perputaran hidup atau windu (simbol kekosongan yang murni/ananda)
  • Ceper, lambang dari catur marga.